Herbisida (Inggris: herbicide) atau dikenal dengan penyiang gulma adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil panen.
Herbisida untuk Membasmi Gulma
Di dalam industri pertanian, lahan biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman utama. Namun, tidak dapat dipungkiri tanaman lainnya juga akan tumbuh di sekitar lahan tersebut. Di sekitaran lahan terjadi kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopati, yang berarti tumbuhan lain tidak diingin untuk tumbuh.
Pada kasus ini para petani menggunakan herbisida sebagai senyawa untuk menekan tumbuhan yang menyebabkan penurunan kuantitas panen, tumbuhan yang tidak diinginkan keberadaannya itu disebut gulma.
Berbagai macam gulma jika dilihat dari karakteristiknya
Rumput
Panicum repens
Eleusine indica
Axonopus compressus
Teki ladang
Cyperus rotundus
Gulma daun lebar
Mikania spp
Ageratum conyzoides
Euparotum odoratum
Jika dilihat dari habitat tumbuhnya, gulma bisa dibedakan dengan gulma darat dan gulma air. Gulma darat dapat hidup selama setahun, dua tahun, bahkan bisa beberapa tahun (tidak terbatas), penyebarannya pun dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif.
Sedangkan gulma air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Gulma air yang hidup terapung di atas permukaan air
Eichhorina crassipes
Salvinia spp
Gulma air yang berada di dalam air
Ceratophyllum demersum
Gulma air yang muncul ke permukaan namun tumbuh dari dasar
Nymphaea sp
Sagittaria spp
Cara Kerja Herbisida
Proses kerja herbisida pada umumnya ialah dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang normal dalam proses itu.
Alasan kenapa herbisida dapat dijadikan kompetitor, karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja yang lainnya adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan seperti:
Glifosat yang akan mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat.
Fosfinositrin yang mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim dari glutamin sintase.
Penjelasan dengan visual bisa kamu simak di video berikut:
Tipe dan Klasifikasi Herbisida:
Penggunaan herbisida dengan benar dan tepat membutuhkan pengetahuan yang cukup memadai tentang tipe dan klasifikasi dari senyawa ini. Penggolongan herbisida ini memudahkan pengenalan dan mendalami masing-masing jenis yang beragam. Secara umum klasifikasi herbisida terbagi atas empat, antara lain:
Berdasarkan Waktu Aplikasi
Sebagaimana fungsinya, herbisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tumbuhan penghambat (gulma), dalam klasifikasinya herbisida dapat dibedakan dari pengaplikasiannya. Aplikasi herbisida dapat ditentukan oleh tahapan pertumbuhan tanaman utama maupun gulma.
Dengan membaginya sesuai pertimbangan pertumbuhan gulma, herbisida terbagi menjadi:
Herbisida Pratumbuh
Herbisida ini diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh. Semua herbisida jenis ini adalah soil acting herbicide atau herbisida yang diaplikasikan ke tanah dan bersifat sistematik.
Sebagai contoh herbisida jenis ini antara lain:
Herbisida Pascatumbuh
Herbisida ini diaplikasikan saat gulma sudah tumbuh. Herbisida jenis ini merupakan foliage applied herbicide atau herbisida yang diaplikasikan ke gulma dan dapat bersifat sistematik maupun non sistematik.
Contoh herbisida pascatumbuh seperti:
Berdasarkan aplikasi herbisida yang mempertimbangkan stadia pertumbuhan dari tanaman utama atau gulma, dapat dibagi menjadi:
Pre plant
Herbisida diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam, tetapi tanah sudah diolah.
Berikut penjelasannya yang bisa kamu simak:
Pre emergence
Herbisida diaplikasikan sebelum benih tanaman atau biji gulma berkecambah. Pada tahap ini, benih dari tanaman utama sudah ditanam, tetapi gulma belum tumbuh.
Agar lebih jelas, simak video berikut:
Post emergence
Herbisida diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah melewati fase perkecambahan. Aplikasi herbisida bisa dilakukan pada saat tanaman masih muda maupun sudah tua.
Simak video berikut untuk lebih jelasnya:
Berdasarkan Cara Aplikasi
Penggunaan herbisida bisa disesuaikan dengan cara pengaplikasiannya dalam tumbuhan utama dan gulma, yang dapat dibagi menjadi dua jenis:
Aplikasi melalui daun
Herbisida yang diaplikasikan melalui daun tumbuhan utama maupun gulma pun juga dibagi atas dua yaitu:
Bersifat kontak:
Herbisida ini memiliki fungsi hanya membunuh bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Jenis herbisida semacam ini sangat tepat untuk mengendalikan gulma setahun, karena akan mematikan secara permanen gulma yang terkena semprotan.
Contohnya adalah, herbisida paraquat (Gromoxone). Cara kerjanya adalah menghambat proses photosistem 1 pada fotosintesis.
Berikut cara kerja herbisida dengan aplikasi bersifat kontak:
Dalam proses penyemprotan herbisida kontak terhadap gulma, kemudian bisa dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis. Dua jenis ini dibedakan berdasarkan seberapa banyak jenis gulma yang akan mati jika terkena kontak secara langsung.
Herbisida kontak selektif: Herbisida ini hanya dapat membunuh satu dari beberapa jenis gulma.
Herbisida kontak non-selektif: herbisida yang dapat membunuh semua jenis tumbuhan yang terkena, terutama bagian yang berwarna hijau.
Bersifat Sistemik:
Herbisida ini diberikan kepada gulma setelah diserap oleh jaringan daun kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan tersebut (titik tumbuh, akar, rimpang, dan lain-lain) sehingga gulma akan mati total.
Contoh herbisida jenis ini adalah:
Glyphosate (Roundup) dengan cara kerjanya menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino.
Berikut cara kerja herbisida ini di dalam pengaplikasiannya:
Aplikasi melalui tanah
Herbisida yang diaplikasikan melalui medium tanah adalah herbisida yang bersifat sistemik. Setelah herbisida ini disemprotkan ke tanah, kemudian diserap oleh akar dan ditranslokasikan bersama aliran transpirasi sampai ke site of action pada jaringan daun dan menghambat proses pada photosystem II dalam fotosintesis.
Contoh herbisida ini adalah: Herbisida diuron, golongan Triazine, Uracil, Urea, dan Ioxynil.
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil herbisida dengan aplikasi melalui tanah, dapat kamu simak melalui video berikut ini:
Berdasarkan Bentuk Molekul
Herbisida dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk molekulnya. Berdasarkan bentuk molekul, dapat dibagi menjadi dua bagian, herbisida organik dan herbisida anorganik.
Herbisida organik
Herbisida organik adalah herbisida yang tersusun secara organik dengan contohnya sebagai berikut:
Amida
Amida adalah penyusun herbisida yang digunakan untuk mengendalikan kecambah gulma semusim, khususnya dari golongan rumput-rumputan. Penyusun herbisida ini lebih aktif bila diaplikasikan pada permukaan tanah sebagai herbisida pratumbuh.
Mekanisme kerja utama herbisida yang termasuk dalam golongan kelas amida adalah dengan memengaruhi sintesa asam nukleat dan protein. Contoh herbisida yang masuk dalam kelas ini adalah, butaklor, pretilakor, alaklor, dan propanil.
Bipiridilium
Susunan herbisida ini umumnya adalah herbisida pasca tumbuh. Susunan ini juga tidak akan aktif bila diaplikasikan lewat tanah dan tidak selektif. Contoh herbisida yang termasuk dalam kelas ini adalah paraquat dan diquat.
Efek tumbuhan atau gulma yang terkena bipiridilium ini akan tampak semacam efek bakar dalam waktu yang relatif singkat dan diikuti dengan peluruhan daun. Agar fungsi dan efek racun dari herbisida ini terlihat, membutuhkan prasarana utama antara lain, cahaya, oksigen, dan klorofil.
Herbisida Gramoxone juga memiliki kandungan paraquat sebanyak 20%. Senyawa paraquat dikenal sebagai racun kontak umum. Menurut formulasinya, semua tumbuhan hijau dapat mati jika terkena. Namun, beberapa lumut yang tumbuh di batu terbukti tahan meski terkena. Terdapat simpang siur mengenai totalitas keampuhannya tersebut.
Agar sobat kitacerdas paham melihat efek yang diberikan herbisida ini, simak video berikut:
Dinitroanilin
Butralin dan pendimentalin merupakan bagian dari golongan herbisida dinitroanilin. Efektifitas herbisida ini akan bekerja bila diaplikasikan ke tanah sebelum gulma tumbuh atau berkecambah. Cara kerja dinitroanilin adalah sebagai racun mitotik yang menghambat perkembangan akar dan tajuk gulma yang baru berkecambah.
Jika kamu ingin melihat bagaimana penggunaan herbisida organik dalam membunuh gulma, simak video berikut:
Herbisida anorganik
Adalah herbisida yang tersusun secara anorganik. Contoh susunan anorganik seperti:
Ammonium sulfanat
Susunan herbisida anorganik ini akan memperpanjang masa dormansi sampai cadangan karbohidrat dan gula menjadi habis dan menyebabkan kematian.
Ammonium sulfat
Susunan herbisida ini menyebabkan peningkatan nilai PH pada cairan tubuh tumbuhan yang terkena ammonium, yang membuat tumbuhan mati. Ammonium juga beracun pada protoplasma sel.
Ammonium tiosianat
Ammonium tiosianat menyebabkan racun pada sel tumbuhan, menghambat enzim katalase dan mengkoagulasikan (menggumpalkan) protein.
Kalsium sianamida
Memiliki fungsi dapat mengkoagulasikan protein sel.
Tembaga sulfat, nitrat, dan fero sulfat
Dapat melemahkan kerja dan menyebabkan protein mengendap.
Berdasarkan Cara Kerja
Herbisida pun dapat dibedakan dari cara kerjanya, sebagai berikut:
Kontrak dan ditranslokasikan
Herbisida bagian ini dikenal juga sebagai caustis herbisides, dikarenakan adanya efek bakar yang terlihat ketika terkena. Efek bakar akan terlihat terutama pada konsentrasi yang tinggi seperti asam sulfat, besi sulfat, dan tembaga sulfat.
Reaksi sel ini tidak spesifik, biasanya memperlihatkan denaturasi dan pengendapan protein. Dengan larutnya membran sel maka seluruh konfigurasi sel dirusak karena membran dari kloroplas juga rusak dan sel itu akan mati.
Terdapat pula pembagian herbisida menurut mekanisme kerjanya. Herbisida yang memengaruhi metabolisme tanaman antara lain:
- Herbisida yang menghambat fotosintesis
- Penghambatan perkecambahan
- Penghambatan pertumbuhan
- Penghambatan respirasi/oksidasi
Penjelasan lainnya mengenai herbisida kontak dan sistematik dapat kamu simak dari video berikut:
Jenis-jenis Herbisida
Beberapa jenis herbisida yang bisa kamu jadikan referensi yang lebih rinci dan lengkap:
Argold
Bahan aktif : | Sinmetilin 100g/l + 2,4 D-IBE 400 g/l |
Jenis formulasi : | Cairan |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Selektivitas |
Waktu aplikasi : | Pra tumbuh |
Tanaman sasaran : | Padi |
Gulma sasaran & dosis : | daun lebar, teki-tekian, rumput |
Volume semprot : | 100-200 l/ha |
Mekanisme kerja:
Herbisida ini akan menembus kutikula dan dinding sel yang terdiri dari selulosa dan pektin maupun lapisan lilin
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan
Maron 500 SC
Bahan aktif : | Diuron 500 g/l |
Jenis formulasi : | Pekatan yang diemulsikan |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Selektif |
Waktu aplikasi : | Pra tumbuh dan Purna tumbuh |
Tanaman sasaran : | Tebu |
Gulma sasaran & dosis : | Borreria alata : 2-3 l/Ha Mimosa indica : 2-3 l/ ha Richardia brasiliensis : 2-3l/ ha Digitaria citiaris : 2-3 l/ha. |
Volume semprot : | 200L/Ha |
Mekanisme kerja:
Memengaruhi dan menghambat aliran elektron pada fotosistem II sehingga menghambat rantai transpor elektron pada fotosintesis.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu daun menjadi layu dan akhirnya mati.
Starlon 665 EC
Bahan aktif : | Triklopir Butoksi etil ester 665 g/l (setara dengan triklopir 480 g/l) |
Jenis formulasi : | pekatan yang diemulsikan |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Selektif |
Waktu aplikasi : | purna tumbuh |
Tanaman sasaran : | Kelapa sawit |
Gulma sasaran & dosis : | Cromolaena odorata : 0,5-1 l/ha Clidemia hirta : 0,5-1 l/Ha Melastoma malabthrium : 0,5-1 l/ha Mikania micrantha : 0,5-1 l/ha |
Volume semprot : | 200-400L/Ha |
Mekanisme kerja:
Herbisida ditranslokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma dari daun sampai ke akar maupun sebaliknya.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu mematikan titik tumbuh dari tunas sampai ke akar.
Touchdown 480 AS
Bahan aktif : | Sulfosat 480 AS |
Jenis formulasi : | pekatan diemulsikan |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Non selektif |
Waktu aplikasi : | Puna tumbuh |
Tanaman sasaran : | Karet, kopi, teh |
Gulma sasaran & dosis : | Imperata cylindrical : 3-6 l/ha Borreria alata : 0,75-1,5 l/ha Axonopus compessus : 1-2 l/ha Panicum repens : 1-2 l/ha Paspalum conjugatum : 1-2 l/ha |
Volume semprot : | 20-80 l/ha |
Mekanisme kerja:
Mempengaruhi metabolisme asam nukleat dan sintesis protein.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu menguning dan mengering akhirnya mati.
Zaparis 240 AS
Bahan aktif : | Isopropilamina glifosat 240 g/l setara dengan asam glifosat 178 g/l |
Jenis formulasi : | Larutan dalam air |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Non selektif |
Waktu aplikasi : | Purna tumbuh |
Tanaman sasaran : | Karet dan Kelapa sawit |
Gulma sasaran & dosis : |
Karet:
Borreria alata : | 4-6 l/ha |
Ageratum conyzoides : | 2-4 l/ha |
Ottochloa nodosa : | 6 l/ha |
Sawit:
Mikania micrantha : | 4-6 l/ha |
Axonopus compessus : | 2-4 l/ha |
Volume semprot : | 200-500L/Ha |
Mekanisme kerja:
Mempengaruhi atau menghambat kerja enzim 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase (EPSPS), enzim yang terlibat dalam sintesa tiga asam amino.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu gulma layu dan akhirnya gulma mati.
Starane 200 EC
Bahan aktif : | Fluroksipir 200 g/l |
Jenis formulasi : | Pekatan diemulsikan |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Non selektif |
Waktu aplikasi : | Purna tumbuh |
Tanaman sasaran : | Karet dan kelapa sawit |
Gulma sasaran & dosis : | Borreria latifera : 0,25-0,5 l/ha Ageratum conyzoides : 0,25-0,5 l/ha Poeraria javanica : 0,25-0,5 l/ha Melastoma malabatrichum : 1 l/ha |
Volume semprot : | 400-600 L/Ha |
Mekanisme kerja:
Mempengaruhi sintesis lemak, metabolisme nitrogen dan produksi enzim.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu pinasti,bengkok batang, dan daun keriting.
Galex 250/250 EC
Bahan aktif : | Metolaktor 250 g/l, Metobromuron 250 g/l |
Jenis formulasi : | Pekatan diemulsikan |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Non selektif |
Waktu aplikasi : | Pra tumbuh |
Tanaman sasaran : | akedelai, kapas, tanaman kacangan penutup karet |
Gulma sasaran & dosis : | Ageratum conyzoides : 3-6 ml/l Mimosa incise : 3-6 ml/l Echinocloa colonum : 3-6 ml/l Synedrella nudiflora : 6-9 ml/l |
Volume semprot : | 400-500 L/Ha |
Mekanisme kerja:
Mempengaruhi dan menghambat kerja enzim, rantai cabang asam amino valine, leucine tidak dihasilkan.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu gulma dapat berhenti tumbuh dan akhirnya mati.
Boral 480 SC
Bahan aktif : | Sulfentrazon 480 g/l |
Jenis formulasi : | Suspensi |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Non selektif |
Waktu aplikasi : | Pra tumbuh |
Tanaman sasaran : | Padi, tebu dan teh |
Gulma sasaran & dosis : |
Padi:
Marsilea crenata : | 100 ml/ha |
Ludwigia hyssopifolia : | 100 ml/ha |
Cyperus iria : | 100 ml/ha |
Tebu:
Croton hirtus : | 0,5- 1 l/ha |
Cleme rutidospermae : | 0,5- 1 l/ha |
Teh:
Ageratum conyzoides : | 1 l/ha |
Setaria plicata : | 1 l/ha |
Mekanisme kerja:
Setelah diserap oleh pada jaringan daun kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan misalnya titik tumbuh, akar rimpan.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu mengalami kematian total.
Fenomin 865 SL
Bahan aktif : | 2,4-D Dimetil Amina 865 g/l setara dengan asam 2,4-D 720 g/l |
Jenis formulasi : | Pekatan larut dalam air |
Translokasi : | Sistemik |
Selektivitas : | Selektif |
Waktu aplikasi : | purna tumbuh |
Tanaman sasaran : | Padi |
Gulma sasaran & dosis : | Monochoria vaginalis : 1,5 l/ha Scirpus junocoides : 1,5 l/ha |
Volume semprot : | 500 l/ha |
Mekanisme kerja :
Mempengaruhi bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknya.
Gejala gulma setelah diberi herbisida membutuhkan waktu 1-2 hari untuk mati, karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena. Namun, bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti, daun, titik tumbuh, tunas, hingga ke perakarannya.
Pro Quat 276 SL
Bahan aktif : | Parakuat Diklorida 276 g/l setara dengan ion paraquat 200 g/l |
Jenis formulasi : | larutan dalam air |
Translokasi : | Kontak |
Selektivitas : | selektif |
Waktu aplikasi : | purna tumbuh |
Tanaman sasaran : | Kelapa sawit |
Gulma sasaran & dosis : | Ageratum conyzoides : 2-2,5 l/ha Ischiema timorerse : 2-2,5 l/ha |
Volume semprot : | 400-500 l/ha |
Mekanisme kerja:
Mempengaruhi proses fotosintesis pada gulma dengan menghambat fotosistem I.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu daunnya menguning dan kering karena fotosintesis yang terhambat.
Dampak Buruk Penggunaan Herbisida
Herbisida adalah bahan kimia yang sering dijumpai dengan mudah di dunia pertanian. Tidak sedikit terjadi kasus keracunan herbisida yang memberikan efek buruk pada kesehatan baik manusia maupun makhluk lain yang terkena. Keracunan dapat terjadi karena sengaja terhisap (inhalasi), menelan, atau melalui kulit.
Berikut beberapa catatan kejadian keracunan herbisida baik hewan maupun manusia:
- Keracunan Paraquat menyebabkan kematian setidaknya tujuh anjing di Portland, Amerika Serikat. Keracunan ini telah menjadi epidemi di mana terjadi dalam skala cukup besar.
Paraquat adalah senyawa beracun dipyridilium (herbisida non selektif) yang masih banyak digunakan di Amerika Serikat karena efektif dalam lingkungan yang basah dan memiliki keterbatasan potensi pencemaran lingkungan.
Tingkat resistensi gulma pun rendah, sehingga banyak digunakan dalam sistem tanaman produksi. Namun, paraquat sangat beracun pada hewan domestik jika tertelan.
- Keracunan akibat herbisida juga pernah terjadi pada lima kuda. Perubahan signifikan diamati pada dua kuda setelah pengobatan awal dengan dekstrosa salin 5%, anti-bloat, pheneramine maleat dan tonik hati.
Sedangkan tiga kuda lainnya merespon setelah terapi kedua. Gejala hipersalivasi dan timpani menghilang dan hewan kembali normal (sembuh) pada hari ke-3 pengobatan.
Anamnese dari kejadian ini memberi petunjuk bahwa kuda-kuda tersebut memperlihatkan gejala-gejala klinis setelah meminum air di sawah yang terpapar dengan herbisida.
- Kejadian yang sering terjadi pada manusia yaitu menyebabkan dermatitis exfoliative, jaundice, peningkatan enzim hati, dan eosinofilia. Gejala ini timbul satu hari setelah kulit terpapar toksin butachlor.
- Kejadian pada manusia lainnya pernah terjadi pada tahun 2008.
Gejala yang ditimbulkan setelah terpapar herbisida secara oral yaitu muntah, depresi sistem saraf pusat, gangguan saraf dan kardiovaskuler parah dan bahkan kematian.
Masuknya bahan-bahan herbisida dan pestisida lain ke dalam tubuh manusia dapat melalui beberapa cara yaitu, mulut (terminum/diminum), hidung (terhirup/menghirup). Contoh kasus misalnya para petani menyemprot dengan tidak benar tanpa menggunakan alat pelindung diri. Juga dapat melalui kulit (melalui pori-pori), dan rambut ataupun mata.
Kontak dengan herbisida dapat memberikan efek bakar yang terlihat dalam hitungan menit, karena kandungan asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat 40%, dan paraquat.
Keracunan herbisida pun menyebabkan rusaknya lapisan selaput lendir saluran pencernaan, rasa terbakar di saluran pencernaan, dehidrasi, terganggunya sistem pernapasan. Pada akhirnya menyebabkan korban kejang, muntah, koma akibat kekurangan oksigen, dan kematian mendadak jika tidak segera mendapatkan pertolongan.
Kesimpulan
Herbisida merupakan penemuan yang sangat bagus bagi industri pertanian. Hal ini menunjukkan kemampuan manusia untuk menemukan zat kimia yang dapat membunuh gulma dengan tujuan produksi tanaman utama yang sesuai harapan. Berbagai kelebihan, jenis, dan cara masing-masing herbisida bekerja menunjukkan tujuannya yang beragam dan disesuaikan.
Namun tidak semua yang menggunakan bantuan kimia itu 100% aman tanpa menimbulkan efek apapun. Herbisida dapat menimbulkan efek pada hama, khususnya gulma. Namun, herbisida pun dapat mempengaruhi mekanisme yang penting yang lebih tinggi seperti manusia dan hewan.
Herbisida tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan, jika masih dalam dosis kecil, karena ukurannya yang jauh lebih besar dari hama tanaman pengganggu. Namun, apabila dosis kecil itu terakumulasi dalam jumlah tertentu, tentunya akan sangat membahayakan.
Bagaimana sobat kitacerdas, apakah sudah paham tentang apa itu herbisida dan dampaknya pada kehidupan? Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar ini, silakan tulis di kolom komentar, ya! Dan jangan lupa bagikan ke teman-temanmu yang ingin memulai di industri pertanian. Semoga bermanfaat!